Bagaimana Melayani Suami yang Susah Beribadah?



Ukhti Nining Rahimakumullah, kita sering mendengar bahwa diantara tujuan pernikahan yaitu terciptanya kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Namun, dalam waktu yang sama juga terkadang pasangan suami-istri melupakan cara yang harus ditempuh untuk meraih tujuan pernikaha tersebut.

Tujuan pernikahan yang sejatinya menjadi impian kedua mempelai pasca prosesi sakral ijab-kabul, seakan menjadi impian semu karena larut dalam kenikmatan cinta yang akhirnya kandas seiring dengan perjalanan waktu. Suamimasygul (sibuk) dengan kegiatan rutin karena bekerja mencari nafkah, begitu juga istri sibuk dengan tugas mendidik dan mengurus anak-anak, bahkan tidak sedikit mereka juga bekerja membantu suami guna meringankan beban kehidupan rumah tangga.

Kesibukan inilah biasanya ‘menyeret’ pasangan kian larut dalam bingkai kehidupan materialistik rumah tangga karena kebutuhan dan keinginan yang terus ‘menggoda’ untuk memenuhi kepuasan materi yang hendak dikejar untuk mewujudkan kebahagian materi.

Tujuan pernikahan yang sejatinya hendak diraih oleh pasangan suami-istri dengan cara belajar dan mengkaji ilmu agama Islam, akhirnya terlupakan dengan tujuan lain, yaitu kesibukan dunia mengejar kebutuhan yang tidak pernah cukup karena selalu ‘kurang dan kurang’. Tidak jarang pula dari aktivitas dan kesibukan tadi melupakan kedua pasangan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt.

Di antara tugas bersama antara suami-istri yang sering dilupakan dalam rumah tangga yaitu kewajiban dalam beribadah. Ibadah merupakan kewajiban dan tanggung jawab bersama yang harus senantiasa diwujudkan dalam kehidupan rumah tangga. Salah satu bentuk ibadah yang merupakan tanggung jawab bersama, yaitu:

1. Menjaga iman dan takwa dengan cara mengakaji secara intensif ajaran Islam
2. Menjaga agar senantiasa taat pada Allah swt, seperti; giat beribadah, bermuamalah secara islami, giat berdakwah, makanan-minuman halal, menutupaurat, mendidik anak, berakhlak mulia seperti syukur, sabar, tawakal,memenuhi janji,taubat, baik sangka.
3. Menghindari maksiyat, saling mengingatkan dengan kebenaran dan kesabaran serta evaluasi diri (muhasabah).

Terkait dengan masalah yang ditanyakan oleh saudari, maka simaklah beberapa langkah berikut ini;

1. Jika suami malas beribadah karena cape bekerja, tolong diingatkan dengan cara yang baik bahwa ibadah tidak hanya mencari nafkah secara lahir, tapi kita juga harus berusaha secara batin dengan cara rajin beribadah mendekatkan diri kepada Allah swt. yang memberikan rizki kepada kita.
2. Jadikan ibadah sebagai kebutuhan dan kewajiban yang sama seperti halnya kewajiban bekerja dan mencari rizki yang halal.
3. Jelaskan dengan baik alasan mengapa harus rajin beribadah berdasarkan firman Allah dalam surat al-Baqarah[2]:21-22. Ada tiga alasan yang mesti diingatkan oleh manusia mengapa harus ibadah, (1) Allah swt. telah menciptakan manusia, (2) Allah swt. telah memberikah kepada kita seluruh fasilitas kehidupan di bumi ini sebagai rizki bagi manusia, (3) manusia tidak boleh menyekutukan (selingkuh) Allah swt. dengan yang lain. Terakhir sebagai bahan renungan saja, ada satu perumpamaan jika seorang karyawan atau pegawai bekerja di kantor atau perusahaan. tentu ia akan bekerja dengan baik dan professional untuk tugas kantor dan perusahaannya.

Pekerjaan tersebut ia lakaukan dengan penuh dedikasi tinggi karena dari keringat dan keahliannya ia mendapatkan hak yang akan ia terima setiap bulan. bahkantidak sedikit seorang pegawai demi kerjaan dan tugasnya mereka siap mengorbankan waktu, tenaga dan fikiran demi mendapatkan gaji yang akan diterimanya sebagai fasiliatas yang akan mencukupkan kebutuhan hidupnya. Bahkan tidak sedikit karena kesibukan itu, telah mengambil alih kesibukan beribadah kepada Allah swt. artinya secara tidak sadar manusia telah ‘berselingkuh’ dengan Allah swt. demi kesibukan dunia dan mengabaikan ibadah.

Dalam hidup ini manusia berpotensi mengabdikan hidupnya kepada orang atau pekerjaan yang telah memberikan kecukupan dan fasilitas hidup dengan komitemen dan bekerja keras. Bentuk komitmen itu diwujudkan dengan cara mentaati aturan di tempat ia bekerja dengan cara datang tepat waktu, bekerja professional, jika malas tanpa izin mereka takut dipotong gajinya. Hal itu semua dilakukan dengan penuh kesadaran karena manusia merasa telah terpenuhi kebutuhan hidupnya hingga ia berani “banting tulang” bekerja sebagai seorang karyawan untuk kelangsungan hidupnya.

Namun sudahkah kita melakukan hal yang sama mengabdi secara total kepada Allah swt ? pernahkan kita merasa takut jika tidak beribadah, Allah swt. akan menghentikan nafat kita? Akan mencabut kenikmatan kita? Padahal bukankah kita sering berjanji dengan mengatakan, “sesungguhnya shalat-ku, ibadah-ku, hidup dan mati-ku hanya untuk Allah Rabb semesta alam.” Dialah Dzat yang telah memberikan fasilitas dan kenikmatan hidup yang jauh lebih banyak bahkan tidak terhitung jika dibandingkan dengan perusahaan manapun tempat manusia bekerja, namun terkadang manusia masih saja tidak bersyukur atas rizki dan kenikmatan yang telah Allah swt berikan kepada kita. “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Wallahu A’lam bi al-Shawab.

Sumber : islampos.com

Subscribe to receive free email updates: