Nasihat kita pada orang lain kadang sulit diterima. Sebenarnya bukan isinya yang salah, namun caranya saja yang kurang pas.
Ada bait sya’ir yang bagus dari Imam Syafi’i rahimahullah tentang cara menasihati orang lain biar nasihat kita mudah diterima.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
تعمدني بنصحك في انفرادي ….. وجنبني النصيحة في الجماعة
Tutuplah kesalahanku dengan menasihatiku seorang diri.
Janganlah menasihatiku di hadapan khalayak ramai.
فإن النصح بين الناس نوع ….. من التوبيخ لا أرضى استماعه
Karena menasihatiku di hadapan orang lain adalah bagian dari menjelekkanku,
Aku tidak ridha mendengar seperti itu.
وإن خالفتني وعصيت قولي ….. فلا تجزع إذا لم تعط طاعه
Jika engkau enggan menuruti perkataanku.
Maka janganlah kaget jika nasihatmu tidak ditaati.
(Dinukil dari Al-Mu’jam Al-Jami’ fi Tarajim Al-‘Ulama’ wa Talabatul ‘Ilm Al-Mu’ashirin, Asy-Syamilah)
Kita sama saja membuat saudara kita malu kalau kita nasihati dia di hadapan khalayak ramai.
Renungan bagi yang ingin menasihati sobatnya, teman karibnya bahkan pasangannya (suami atau istri) menjadi baik.
Jangan jatuhkan temanmu di hadapan orang lain.
Jangan jatuhkan suami atau istrimu di depan teman karibnya.
Ingatlah, ada yang tak bisa menerima jika cara nasihat tidak baik walau nasihat kita baik.
Di zaman ini, ada sarana lewat tulisan, pesan singkat atau telepon, yang itu bisa jadi rahasia antara yang menasihati dan dinasihati.
Sifat orang mukmin adalah menasihati dan menutupinya, sedangkan orang munafik menasihati namun maksudnya untuk menjelek-jelekkan.
Satu catatan: Tertawa kita ketika mendengar saudara kita dinasihati merupakan tanda kalau kita bukan menginginkan teman kita jadi baik namun ingin merasa kitalah yang menang.
Sumber : rumaysho.com