Ricky Aridiyawan: Bermodalkan Kepercayaan, Usaha Mobil Rental Grabecar-nya Sukses



SEJAK munculnya angkutan Online seperti GrabCar dan Uber, pemilik mobil rental mendapat peluang untuk mengembangkan bisnis dan pendapatannya. Melihat hal itu, kompetitor merasa terganggu dengan kehadiran transportasi berbasis aplikasi online. Yang pasti, masing-masing driver, baik konvensional maupun berbasis online, sama-sama cari makan untuk keberlangsungan hidupnya sehari-hari.

Adalah Ricky Aridiyawan, Direktur PT Rainbow Rent Car kepada Islampos, bercerita tentang usaha mobil rental yang dirintisnya bersama ayahnya. Mulanya hanya punya dua mobil jenis Innova. Seiring waktu, ada seseorang yang menanam modal kepadanya. Investasinya tidak tangggung-tanggung alias besar, yakni senilai Rp. 1,8 Milyar.

“Uniknya, orang yang menanamkan modalnya itu tidak tahu rumah Ricky. Uang itu diberikan begitu saja. Lalu saya beli dua mobil jenis Alphard sekaligus secara cash,” kata laki-laki kelahiran Jakarta, 9 Februari 1992 ini mengenang.

Merintis sedikit demi sedikit, usahanya mulai dapat uang sewa harian, bulanan, hingga kontrak tahunan. Setelah dua hingga tiga tahun berjalan, kemudian hadir transportasi berbasis online, dalam hal ini GrabCar.

“Ayah saya memang pernah menjadi pimpinan di sebuah perusahaan taxi, dan tak ingin kembali dengan alasan udah capek. Itulah sebabnya ayah membuat usaha rental mobil. Malam harinya, ayah diajak temannya untuk membahas projek Grabcar, angkutan berbasis aplikasi online.”

Ketika itu, pihak Grabe meminta 11 orang pemilik rental untuk menjalin kemitraan dengan Grabe. Setelah bernegosiasi, pihak mobil rental meminta aturan main untuk menjalin kemitraan usaha ini. Aturannya adalah harus ada yang menanungi semua driver dan kendaraan yang bergabung dengan Grabe. Sejak itulah dibentuk Perhimpunan Pengusaha Rental Indonesia (PPRI).

“Sejak ada PPRI dan projek dari Grabe, saya berbagi tugas dengan ayah. Kalau ayah aktif di PPRI, saya mengelola rentalnya. Termasuk mencari drivernya dan mobilnya. Awalnya, hanya lima driver. Teman-teman ayah malah ada yang 60 driver, ada juga yang 30, 20, dan 11driver. Sedangkan ayah saya nyumbang paling sedikit 5 driver saja.”

Selama dua minggu, Ricky menjadi kurang tidur karena rapat hingga larut malam. Ia kesana kesini untuk mencari driver. Hingga satu bulan berjalan, ia tembus 50 mobil, kemudian berkembang menjadi 100 mobil dan drivernya. Lambat laut, usahanya berkembang. Kemudian ia membeli mobil Fortuna dan Pajero untuk investasi. Belum lama ini, Ricky baru saja meresmikan ruko yang dijadikan sebagai kantor.

Modalnya Jujur

Jadi saat ini, Ricky tidak punya mobil yang stay di rumahnya. Semua mobil yang ada itu adalah investasi orang lain yang dipercayakan kepadanya untuk dikelola.

“Jadi modal saya jujur dan mendapat kepercayaan orang. Saya sendiri nggak punya mobil. Dulu, saya memang punya mobil, tapi yang Innova sudah dijual. Makanya saya sempat diledekin oleh driver yang bekerjasama dengan saya. Katanya, kok bos mobil rental nggak punya mobil. Usaha saya sebetulnya hanya mengandalkan kepercayaan dari orang lain, dan saya yang mengelolanya.

Bicara bisnis mobil rental. Kita hanya membayar uang DP atau uang muka saja. Sedangkan yang membayar cicilan itu orang lain. Inilah yang namanya investasi. Jadi, daripada mobil itu nganggur di rumah, lebih baik direntalkan agar mendapat penghasilan.

Bagi Ricky, rezeki itu tidak selalu dalam bentuk uang, tapi juga jaringan atau link. Dari jaringan yang ia miliki, Ricky bisa meyakini dan mengelola investasi yang berawal dari modal kepercayaan. Saat ini sudah 120 mobil untuk wilayah Jakarta yang menjalin kemitraan usaha. Termasuk membangun jaringan dengan Cipaganti.

Ricky dan ayahnya adalah 11 orang pertama yang menjalin kemitraan dengan pihak GrabCar. Sebagai informasi, total Grabcar di wilayah Jadebotabek sudah berjumlah 5000 mobil. Kabarnya, jumlah mobil Grabcar akan dibatasi. Rencananya, Grabecar akan dibuka di luar Jakarta, seperti Bandung, Surabaya, dan Palembang. Tapi, saat ini masih mentok terkait masalah perizinan.

Ricky tak menampik, jika Kompetitor kalah saing. Mereka merasa terganggu dengan kehadiran Grabcar dengan alasan pendapatannya berkurang. Ada konspirasi agar angkutan transporasi berbasis online diblokir. Padahal ada beberapa sopir taksi yang berlalih ke grabcar.

“Kami hadir sebagai solusi untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Tujuan kami baik. Yang tadinya nganggur bisa bekerja sebgai driver grabecar.”

Salah besar, jika pemilik mobil rental yang bekerjasama dengan Grabcar tidak punya badan usaha. “Usaha kami berbentuk PT, bahkan ada SIUP-nya, juga ada kantornya. Jadi, yang selama ini dipersoalkan adalah plat hitam mobil grabcar. Seperti diketahui, Grab adalah perusahaan multinasional. Sebelum ada di Indonesia, Grab sudah ada di Malaysia dan Singapura.”

Sumber : islampos.com

Subscribe to receive free email updates: