Terharu hati ini ketika membaca sebuah kisah tentang dua bersaudara, si adik dan si abang, yang ditinggal kedua orangtua mereka.
Si abang ingin hidup kaya dan punya istri cantik. Sementara si adik hanyalah orang biasa yang buta huruf. Setiap hari mereka kuat berdoa kepada Allah, minta apa yang mereka inginkan.
Ternyata si abang akhirnya benar-benar kaya raya dan punya istri cantik. Namun akhir kisah ini sungguh mengharukan.
Yang pasti, ada pelajaran di balik keberhasilan yang kita capai selama ini bukan hanya berkat doa kita saja. tapi doa dari orangtua dan keluarga.
Ini kisah mengenai seorang abang dan adik.
Keduanya adalah anak yatim lagi miskin. Mereka tinggal di rumah warisan orangtua mereka. Kedua orangtua mereka adalah hamba Allah yang soleh. Kedua anak dididik untuk selalu mengandalkan Allah SWT.
Si abang, saban hari berdoa agar Allah mengubah nasib hidupnya. Dia meminta kepada Allah agar dipertemukan dengan istri yang cantik lagi kaya. Dia meminta kepada Allah agar dirinya kaya raya.
Sedangkan adiknya adalah seorang yang buta huruf. Tidak seperti kakaknya, dia membaca doa pun dengan melihat kertas.
Sebelum ayahnya meninggal, si adik pernah meminta ayahnya menulis sesuatu di atas kertas, dan kertas itu sering dipegangnya setiap kali berdoa.
Akhirnya, Allah mempertemukan si abang dengan seorang perempuan yang cantik lagi kaya. Si abang seperti mendapat durian runtuh dan kehidupannya terus berubah. Dia keluar dari rumah warisan itu, dan meninggalkan adiknya.
Si abang akhirnya kaya raya, bahkan semakin kaya ketika dia membuka bisnis. Dia sudah mulai alpa dengan Allah, salat sering tidak tepat waktu, jarang membaca Alquran.
Namun dia tidak pernah lalai untuk meminta kekayaan dari Allah. Kalau masalah bisnis, maka berbondong-bondong permintaannya kepada Allah.
Dan ajaibnya, Allah tetap memberi apa yang dia minta. Si abang merasa dirinya adalah orang istimewa.
Sementara si adik hidupnya tidak berubah. Dia masih seorang sederhana, dengan kelemahannya sebagai seorang buta huruf. Dia tetap setia menjaga rumah warisan.
Meski rajin berdoa, si abang melihat hidup adiknya tidak berubah. Lantas satu hari, ketika mengunjungi adiknya, si abang berkata dengan sombong:
"Kamu berdoa kuat juga. Tengok aku, berdoa kepada Allah langsung dikabulkan. Sementara kamu ini tak bisa dekat dengan Allah. Berdoa saja masih lihat kertas."
Si adik hanya tersenyum saja. Dia suka kakaknya menegur karena baginya, teguran abang amat berarti.
Adiknya terus hidup sederhana, di dalam rumah warisan, dengan berdoa sambil melihat kertas setiap hari. Dan kehidupannya tetap tidak berubah. Tidak menjadi kaya seperti abangnya.
Satu hari, si adik meninggal dunia. Ketika si abang bersih-bersih rumah warisan, dia menemukan secarik kertas. Kertas itu adalah kertas yang adiknya sering pegang ketika berdoa.
Si abang tiba-tiba terisak ketika membaca kertas kecil itu. Ternyata kertas itu tertulis: "Ya Allah, kabulkanlah segala doa abang aku". MasyaAllah.
Si abang mulai membandingkan dirinya dengan adiknya. Adiknya tetap taat kepada Allah dan selalu ringan jika berurusan dengan Allah SWT.
Adiknya sedikit pun tidak meminta kenikmatan dunia kepada Allah. Malah tidak meminta apa-apa untuk dirinya. Tetapi adiknya meminta agar segala doa si abang dikabulkan.
Sedangkan si abang tidak pernah sedikit pun mendoakan adiknya. Si abang mulai sadar, rupanya bukan doa dia yang dikabulkan. Tapi doa adiknya telah diterima oleh Allah SWT, sehingga segala doanya menjadi makbul.
Karena itu jangan segan minta orang lain mendoakan kita. Mungkin doa orang lain yang lebih bersih hatinya, lebih suci jiwanya sehingga menyebabkan rahmat Allah tumpah pada diri kita.
Jika apa yang kita doakan dikabulkan Allah SWT, maka jangan lantas berlagak sombong bahwa dirinya ahli ibadah. Jangan rasa doa kitalah yang makbul. Serahkan semuanya kepada Allah. Doa itu bagian dari usaha yang sebenarnya.
Sumber : dream.co.id