Dosa merupakan penyakit yang paling ganas. Bukan hanya menimbulkan kerusakan fisik berupa penyakit, dosa juga menjadi sebab utama rusaknya pikiran dan ruhani seseorang. Dosa juga tidak hanya membinasakan hati hingga menjadi kering, tapi juga merusak keluarga, masyarakat, segala jenis hewan dan tumbuhan serta bangunan yang ditempati oleh para pelaku dosa.
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah telah menjelaskan dengan sangat baik terkait pengaruh dosa. Beliau menjabarkannya dalam 36 keburukan yang langsung dirasakan kepada pelaku dosa, bahkan berlanjut hingga kesengsaraan di akhirat yang abadi. (Baca: 36 Dampak Dosa dan Maksiat)
Godaan-godaan untuk berbuat dosa akan senantiasa dilancarkan oleh setan dan bala tentaranya. Mereka tidak akan pernah berhenti. Bahkan saat kita santai dengan keluarga atau tertidur dalam istirahat, setan akan terus menyusun strategi dan melancarkan serangan untuk membinasakan kita dengan perbuatan dosa.
Sebagai kebalikannya, ada begitu banyak kebaikan yang akan diberikan oleh Allah Ta’ala bagi siapa yang berhasil menepis bisikan setan untuk berbuat dosa. Ada 44 kebaikan yang berhak diterima bagi siapa pun yang berhasil menghindar dari berbagai jenis perbuatan dosa dan maksiat. (Baca: 44 Manfaat Tinggalkan Dosa dan Maksiat)
Di antara kiat lain yang bisa kita tempuh agar terhindar dari dosa adalah mengisi hati dengan berbagai jenis nasihat dari ulama-ulama Rabbani yang amat besar rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Sebab hati merupakan rongga yang hanya bisa diisi dengan satu hal. Jika dipenuhi kebaikan, keburukan tak kuasa masuk ke dalam hati. Andai terbiasa dengan keburukan, kebaikan pun mustahil berada di dalamnya.
Jika dorongan untuk berbuat dosa dan maksiat mendesak-desak, coba ajak jiwamu berbicara dengan 3 hal ini. Jika 3 hal ini tidak mempan, Syeikh Musthafa as-Siba’i mengatakan, “Saat itu juga, engkau sudah berubah menjadi binatang!”
Mula-mula, terang Syeikh Musthafa as-Siba’i dalam Hakadza ‘Allamani al-Hayat, “Apabila jiwamu berambisi untuk melakukan kemaksiatan, maka ingatkanlah jiwamu akan Allah Ta’ala.”
Kedua, sebagaimana uraian ini dikutip oleh Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam mensyarah Risalah al-Mustarsyidin Imam al-Harits al-Muhasibi, “Apabila itu (pernyataan pertama) tidak mempan, maka ingatkanlah ia (jiwa) akan akhlak para orang shalih.”
Terakhir, “Jika itu (hal pertama dan kedua) tidak mempan, maka ingatkanlah ia akan buruknya jika aibmu diketahui oleh orang banyak.”
“Dan apabila itu (ketiga hal di atas) tidak mempan pula, maka ketahuilah bahwa saat itu juga, engkau sudah berubah menjadi binatang!” pungkas sang Syeikh.
Wallahu a’lam.
Sumber : kisahikmah.com